20 Juni 2008

it_is_all_about_marriage

Gue baru aja pulang dari my weekend di mana gue menghabiskannya dengan get a midnight in the movie. Gue baru aja nonton SEX AND THE CITY: The Movie (ok… tempatnya di Studio XXI jam 23.45 dan gue duduk di seat F9 hari Sabtu, 14 Juni 2008 studio 2. Hahaha… kurang lengkap kah? Gue rasa uda cukup lengkap).

Well, sejujurnya gue belum pernah nonton film seri ini dengan rutin, tapi oh my God… semuanya cuma membuat gue terkagum2 n tercengang. Gila… semua merek ada di situ semua. It was just… oh my God… just… gorgeous… Hampir semua:

  1. Louis Vuitton
  2. Prada
  3. Chanel
  4. Manolo Blahnik
  5. Vera Wang
  6. Vivienne Westwood
  7. Dior
  8. Ferragamo
  9. Roger Vivier
  10. Diane von Furstenberg
  11. Hermes
  12. Christian Louboutin
  13. Escada
  14. Versace
  15. Gucci
  16. Oscar de la Renta
  17. Carolina Herrera

  18. Christian Lacroix
  19. Lanvin
  20. Nike
  21. Adidas
  22. Burberry
  23. Tiffany and Co.
  24. Swarovski
  25. Hello Kitty
  26. Apple
  27. iPhone
  28. Blackberry
  29. Bang & Olufsen
  30. Dell
  31. Cuisinart
  32. Sprint
  33. Starbucks Coffee
  34. and many more…

(taken from http://www.vanityfair.com/ontheweb/blogs/daily/2008/05/sex-and-the-cit.html)

Oh my God, it’s just… awesome…Hahaha…

Gak pernah gue liat setiap merek terkenal (meskipun gue lebih suka bilang ‘merek gila’) di setiap scene dari sebuah film.

Tapi lepas dari hal2 yang ber-branded itu, ada hal2 yang emank jadi bahan pertanyaan, khususnya bagi lu orang yang emank uda mempunyai pasangan, akan mempunyai pasangan, dan belum mempunyai pasangan.

Sederhana aja, pertanyaan seputar pernikahan.

  1. Apakah lu orang siap dengan berkomitmen tentang sebuah pernikahan?
  2. Mengapa terkadang orang selalu menganggap pernikahan adalah sesuatu hal yang mudah semudah membalikkan telapak tangan, padahal pada awalnya mereka berjanji dan bersumpah untuk setia satu sama lain?
  3. Sepenting apa seh pernikahan itu?
  4. Apa yang ada di otak lu orang ketika akhirnya harus berhadapan dengan suatu pernikahan?
  5. (Bagi yang uda menikah) Sampai kapan lu orang mau mempertahankan pernikahan yang uda terjalin? Selamanya? Tahun depan? Bulan depan? Minggu depan? Besok? Sejam lagi? Semenit lagi? Sedetik lagi (oops... leby... hahaha...)?
  6. (Bagi yang belum menikah) Sampai kapan lu orang menunggu untuk menikah? Akankah benar2 terjadi?
  7. (Bagi yang gak akan menikah) Apa alasannya?

Semuanya jadi membuat kepala pusing ketika kita diharuskan menjawab pertanyaan2 itu.

Berbagai tuntutan pun segera berdatangan dan tanpa hentinya mengetuk kepala kita untuk terus berpikir bahwa kita harus segera melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Apa? Apa yang harus dilakukan? Cuma kita sendiri dan Tuhan yang tahu. Banyak alasan yang menuntut kita untuk terus memikirkan hal ini:

  1. Tuntutan orangtua.
  2. Umur.
  3. Kematangan.
  4. Kedewasaan.
  5. Kebutuhan.
  6. Perhatian.
  7. dll.

Apakah harus dilupakan saja? Gak juga.

Orangtua mana yang gak mau liat anaknya bahagia, tapi anak mana yang gak mau meminta kebebasan dirinya untuk dapat melakukan apa yang dia mau, tanpa adanya campur tangan orangtua?

Bingung? Sama donk... Haha...

Pertunangan, pernikahan... semuanya jadi seakan antara nyata dan mimpi. Batasannya sangat tipis dan gak ada yang bakal sadar batasan itu.

Apa seh yang penting dari sebuah pernikahan? Cincin berlian berkarat (yang sampai karatan)??? Haha... Ato pesta pernikahan yang megah dan mewah dengan tamu beribu2 orang? Gaun pengantin yang indah? Wedding vows? Kesetiaan? Kepercayaan? Perhatian? Apa???

Ketika akhirnya sebuah pernikahan menjadi ajang keluarnya berbagai peraturan, mungkin itu yang dapat menyebabkan orang2 gak mau ambil pusing dengan yang namanya pernikahan.

”Menikah itu musti begini, begitu...”, kata yang punyanya aturan. Masa?? Apa seh?? Pentingkah aturan untuk menikah? Ato cukup dengan sang groom menyatakan janji nikah pada bride di hadapan Tuhan, dan sebaliknya? Simple dan bener2 gak bikin repot kan?

Katanya (dari yang gue denger), sebuah pernikahan internasional (which is yang orang luar negeri yakini), sang bride harus memnuhi beberapa kriteria yang ada:

  1. Something blue.
  2. Something white.
  3. Something pink.
  4. Something old.
  5. Something new.
  6. Something borrowed.

Kalo mau dicari seh bisa aja, kaya di film SEX AND THE CITY: The Movie, hm… let see uhm…

Yang biru, ada di bulu burung di kepala dia.

Yang putih, gaun pengantinnya uda ada putihnya.

Yang merah muda, hm... lipstick-nya?? Haha...

Yang lama, hm... teman2nya termasuk gak?

Yang baru, hm... handbouquet-nya??

Yang pinjaman, hm... gue rasa perhiasan dia?? Haha...

Tapi, kalo secara nyatanya... kalo mau dicaripun pasti bisa.

Underwear buat yang biru, gaun pengantin buat yang putih, lipstick buat yang merah muda, sepatu buat yang lama, handbouquet buat yang baru, dan perhiasan buat pinjamannya?? Haha... Simple kan? Masalahnya adalah... apakah harus dijalankan semua?

Pernikahan bukan sesuatu hal yang dimudahkan gitu aja kan? It’s not a game. Ini adalah hidup lu orang yang dipertaruhkan selama hidup lu orang. Hm... at least, itu menurut gue.

Pernikahan adalah sakral (oh, c’mon… klise banget, tapi inilah kenyataanya). Semuanya lebih baik dihentikan sebelum mencapai akhir yang gak dinginkan (once again… itu menurut gue).

Gak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk sebuah pernikahan. Tapi gak ada salahnya buat kita akhirnya bisa berusaha untuk mem buat semuanya menjadi sempurna, paling gak di mata kita sendiri yang menjalankannya. Termasuk pernikahan itu sendiri.

Tidak ada komentar: